Selasa, 25 November 2008

Darut Tauhied Purworejo


Setelah aku menyelesaikan pendidikan formal di SMA N 1 Purworejo tahun 1993, aku masuk Pesantren daarut tauhid kedungsari purworejo tahun 1994, Pesantren tersebut di asuh oleh ustadz Muhammad Thoyfur Mawardi beliau adalah alumni Abuya Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliky di Rusyaifah Makkah Al Mukaromah,Selama satu tahun aku menjadi santri biasa seperti teman teman lainnya. kemidian aku mulai mendekati dalem ustadz untuk berkhidmah pada beliau, tugasku diataranya mengantar putra-putra beliau sekolah di MI Imampuro Cangkrep (Sahnun, Qosim,Alawi dan Arwa), aku juga sering cuci piring dan menimba air dari sumur dalem, melayani tamu, belanja ke pasar Balidono, mencari Kates untuk dijadikan manisan, cari kayu bakar dan lain lain . Teman-temanku kala itu yang satu kamar denganku yaitu kang Rohmat Jin, Munir, Nurwahid, Abdul Ghofur, Imam Muhyidin, Kang Muhyidin (almarhum).Kamar yang kami tempati adalah kamar "PlanggrocK", Sebuah gubug dari bambu yang merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Daarut Tauhied Kedungsari Purworejo. Banyak sekali suka duka dan kenangan-kenangan indah yang kami ukir di sana, waktu itu (1995) jumlah santri kurang lebih 1oo orang.Kehidupan di planggrok sangatlah damai walaupun kami hidup serba kekurangan bila dibanding dengan santri-santri lainnya.Pagi-pagi setelah sholat subuh dan wiridan masing masing dari kami menyelesaikan tugasnya, setelah beres baru kami ngaji ke khadrotus Syaikh dan ikut madrasah.
Pada tahun 1998 aku ditugaskan oleh Abah (panggilan kami kepada K.H.Thoyfur Mawardi)untuk tinggal dan berkhidmah kepada istri beliau di seringin ( wilayah desa Kedungsari bagian timur) disana beliau diberi sebidang tanah dan didirikan mushola, kemudian aku bersama Khotib Aljabiri(banyuwangi),Rusli(Kemiri),Qoyum(Bayan), Imam Muhyidin(Smrg) mendirikan Planggrok yang kami minta dari warga bekas mushola yang sudah tidak dipakai. Di planggrok yang kedua ini keilmuanku kembali terasah karena teman-temanku rajin sekali belajarnya,bahkan sampai larut malam kami sering berdiskusi masalah masalah agama.Temanku yang paling rajin sinau adalah Ahmad Khotib Al Banjuwanji (baca: Banyuwangi) atau dia sering nyebut dirinya Aljabiri karena mbahnya namanya Jabir.Suka duka kami alami bersama,cari kayu bakar, masak bareng,mbladogi kayu,macul,momong putranya khadrotus Syaikh dll. Aku di Seringin selama 4 tahun (1998-2002). Kemudian aku meneruskan ngaji ke Solo yaitu Ke PPTQ Masjid Agung Surakarta.Ini adalah awal mula aku berada di kota Solo sampai sekarang.