Jumat, 09 April 2010

Hukum Non Muslim masuk masjid

Masjid adalah bentuk isim makan dari sajada yang artinya tempat yang khusus untuk bersujud menyembah kepada Alloh. Masjid juga merupakan tempat yang paling dicintai oleh Alloh SWT. Ada 2 kategori masjid dimuka bumi ini yaitu,: 1) Masjid Al Haram, 2) Selain Masjidil Haram. Sebagian besar ulama menyatakan bahwa masuk masjidil Haram bagi non Muslim hukumnya adalah haram. Hal ini berdasarkan firman Alloh SWT dalam surat At-Taubah, ayat 28:
يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّمَا اْلمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُوا اْلمَسْجِدَ الْحَرَامِ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا......
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman ! Sesungguhnya orang-orang musrik itu najis (kotor jiwanya), maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram setelah tahun ini.

Berdasarkan ayat diatas para ulama berbeda pendapat mengenai hukum non Muslim masuk kedalam masjid.
1. Menurut madzhab Syafi’i
Imam Syafi’i berpendapat dengan dhohir daripada ayat tersebut yaitu khusus Masjidil Haram semua orang Kafir (non Muslim) tidak boleh memasukinya. Adapun selain masjidil Haram boleh.
2. Menurut madzhab Maliki
Imam Malik berpendapat bahwa orang musyrik itu adalah najis. Keharaman memasuki masjid berlaku untuk semua masjid, baik Masjidil Haram maupun masjid-masjid yang lain.
3. Menurut Madzhab Hanafi
Imam Abu hanifah berpendapat bahwa ayat tersebut adalah pelarangan bagi orang-orang kafir untuk melaksanakan haji dan umroh setelah tahun ini yaitu tahun 9 Hijriyyah.

Berdasarkan beberapa pendapat ulama diatas, Imam Al Khothobi berpendapat bahwa orang non Muslim hukumnya jawaz (boleh) memasuki masjid selain Masjidil Harom dengan beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai hajat seperti membayar hutang kepada orang Muslim yang berada di dalam Masjid.
2. Bertahkim (meminta keadilan) kepada hakim yang hakim tersebut berada di dalam masjid. Pernah Rosululloh SAW menerima tamu orang-orang Yahudi di dalam masjid. Rosul juga pernah memnerima utusan orang Kafir dari Thoif . Rosul juga pernah menyuruh sahabat beliau untuk mengikat tawanan perang di dalam masjid.
3. Ada izin dari imam masjid.
Kalau tidak ada tujuan apa-apa bahkan masuknya orang non Muslim tersebut dikhawatirkan akan mendatangkan madlorot bagi kaum muslimin dan menjadikan fitnah maka sebaiknya memakai pendapatnya Imam Malik yang melarang kepada orang-orang non Muslim untuk memasuki semua masjidnya orang Islam. Wallohu a’lam

Sumber:
1. Muhammad Ali As Shobuni, Tafsir Ayatul Ahkam, Darul Kutub Al Islamiyyah juz I, cet 2001 hal: 460.
2. Muhammad bin Ismail Al Amir Yamani As Shon’ani, Subulus Salam,Daarul Kutub Al Ilmiyyah, Beirut Libanon, jilid I cet.III 2004, hal: 161.
3. www. harianbangsa.com

Sabtu, 27 Maret 2010

Simbah Kyai Muhammad Mubarrid, Pajang, Solo


(Aku dan Simbah Kyai Muhammad Mubarid di rumah Pak Suri, Mojosongo tanggal 27 Januari 2010 pada pengajian rutin Rabu terakhir tiap bulan)

Beliau adalah seorang ulama yang tidak ada duanya di kota Solo ini. Beliau lahir di kampung Kauman, Solo pada tahun 1922. Ketika ditanya, “Kam umruka ?” beliau menjawab dengan bahasa Inggris “ Double six”. Sejak kecil beliau cinta terhadap ilmu agama terutama ilmu nahwu shorof. Bahkan sampai sekarang beliau masih hafal bait-bait nadhom kitab Alfiah ibn Malik. Ketika saya tanya , beliau menjelaskan pernah belajar di beberapa pesantren dan ulama-ulama Solo ketika itu. Diantaranya Simbah Kyai Idris ,pengasuh Pondok Pesantren Jamsaren, Simbah Kyai Mashud, langgar Wustho, Kampung Baru, Solo yang mengajar Alfiah. dan Pesantren Manba’ul Ulum, Masjid Agung Surakarta.

Melihat pendidikan beliau, maka tak heran selain beliau mahir berbahasa Arab, juga mahir berbahasa Inggris. Karena ketika itu Manba’il Ulum adalah salah satu pesantren tertua yang menggunakan sistim modern yang didirikan oleh Paku Buwono X. Suatu ketika pada tahun 2002, awal saya kenal dengan beliau, saya diajak teman untuk ndereake beliau mengisi pengajian di Wonogiri, tepatnya didekat waduk Gajah Mungkur. Para hadirin sebelum beliau berbicara di atas panggung seakan-akan meremehkan beliau. Karena dari segi penampilan beliau sangat sederhana. Beliau memakai sandal jepit, jas yang sudah lusuh dan sarung juga sudah lusuh. Namun ketika beliau mulai berpidato dengan bahasa yang banyol dan suara lantang beliau menggunakan bahasa Inggris dan Arab selain menggunakan pengantar bahasa jawa. Spontan para pemuda dan hadirin tertegun mendengar kealiman beliau.

Beliau adalah seorang ulama yang senang bersilaturahmi kepada semua orang. Kepada para habaaib, ulama dana selalu aktif hadir dalam majlis ilmu dimanapun berada. Beliau rajin hadir dimajlisnya Al Habib Anis di Gurawan, Pasar kliwon, Solo dengan mengendarai sepeda onthel dari rumah beliau di kampung Ngenden, Pajang.

Dalam kesehariannya selain mengajar dibeberapa majlis ilmu beliau juga berbisnis dengan jual beli sepeda onthel. Beliau kemana-mana kalau tidak dijemput selalu mengendarai sepeda onthel dengan memakai caping yang lebar dan selalu membawa tas yang isinya beberapa kitab. Dan yang tidak pernah ketinggalan adalah kitab Shofwatut Tafasir karya Syaikh Ali As Shobuni.

Ketika saya tinggal di Laweyan, saya bertemu dengan beliau di Pasar Jongke. Beliau berkata pada saya,” Kulo pingin silaturohmi ting nggen jenengan, mangke kulo dijemput,”. Senang sekali rasanya rumahku akan dirawuhi oleh seorang ulama yang dekat sekali dengan Alloh SWT. bahkan salah satu muridnya pernah berkata kepada saya bahwa beliau adalah mempunyai derajat sebagai auliya (kekasih Alloh). Hal tersebut saya rasakan sekali bahwa wajah beliau memancarkan sinar kearifan dan selalu menyenagkan hati orang lain. Bahkan ketika saya boncengkan beliau menuju rumah saya, setiap kali beliau berpapasan dengan orang walaupun tidak dikenal, beliau selalu mengucapkan salam sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jempol beliau. Alhamdulilah ketika itu saya baru saja dikaruniai Alloh seorang anak, dan Simbah Kyai Mubarrid mendo’akan anak saya.

Terakhir ketika pada tanggal 6 Februari 2010 saya tertimpa musibah, ditabrak mobil ketika perjalanan ke Klaten untuk mengajar. Beliau menjenguk saya 2 kali dan selalu mendokan dan beliau berkata,” antum sekarang bersyukurlah karena sedang diberi bintang oleh Allah SWT. Bahkan dalam majlis-majlis ilmu yang beliau asuh selalu mendokan agar saya cepat diberi kesembuhan. Terima kasih mbah Barid engkau adalah seorang ulama yang sangat ikhlas dan tulus dan mempunyai derajat tinggi di sisi Alloh yaitu derajat Waliulloh, semoga Alloh memanjangkan umur beliau untuk mengajarkan ilmunya kepada kita semua. Amin.